Laporan Praktikum di Hutan Tinjomoyo


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI II
ANALISIS VEGETASI RUMPUT DAN VEGETASI POHON DENGAN METODE KUADRAT DAN POINT CENTRE QUARTER DI HUTAN TINJOMOYO
Dosen Pengampu : M. Anas Dzakiy, S.Si., M.Sc.

PENDAHULUAN

A.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana metode yang digunakan dalam analisis vegetasi tumbuhan di Tinjomoyo?
2.      Bagaimana  hasil perhitungan variabel analisis tentang kelimpahan vegetasi tumbuhan di Tinjomoyo?

B.     Tujuan Penelitian
1.      Mahasiswa mampu menggunakan metode (luas kuadrat minimum dan point centre quarter) dalam analisis vegetasi tumbuhan di Tinjomoyo.
2.      Mahasiswa mampu menggunakan perhitungan variabel analisis kelimpahan vegetasi tumbuhan di Tinjomoyo
MEOTEDE PENELITIAN

A.    Tempat dan waktu penelitian
Observasi ini dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 02 Juni 2012, bertempat di hutan Tinjomoyo, desa, kecamatan, kabupaten  pukul 10.00-13.00 WIB.
B.     Objek dan materi pengamatan
·         Objek pengamatan            : vegetasi rumput dan pohon di hutan tinjomoyo
·         Materi pengamatan           :
Alat praktikum      :
1.      Meteran
2.      Tali Rafia
3.      Alat tulis
4.      Millimeter blok
5.      Pasak
C.    Prosedur pengamatan
1.      Metode kuadrat
2.      Metode point centre quarter
a.       Meletakan garis transek sepanjang 15 meter dari barat ke timur
b.      Membuat garis subtransek yang memotong garis transek yang memotong garis transek utama yang masing-masing berjarak 5  meter secara zig-zag
c.       Menentukan titik pusat pengamatan dan kemudian membuat daerah 4 kuadran khayalan
d.      Mengukur jarak pohon terdekat ke titik pusat kuadran pada setiap kuadran dan menghtiung lingkar batang masig-masing pohon terdekat dari titik pusat
e.       Mengulangi langkah a hingga langkah d sebanyak 6 kali
f.       Menghitung basal area dari masing-masing  pohon
g.      Menghitung rata-rata jarak pohon
h.      Menghitung kerapatan pohon, frekuensi jenis pohon, dominansi jenis pohon
i.        Menghitung kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif
j.        Menghitung indeks keanekaragaman jenis pohon hutan tinjomoyo
k.      Membuat tabel perhitungan kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif
l.        Membuat tabel perhitungan indeks keanekaragaman tiap jenis pohon
m.    Membuat tabel perhitungan nilai penting tiap jenis pohon

HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA

1.      Metode Kuadrat
2.      Metode point centre quarter
a.      Tabel hasil pengamatan vegeteasi pohon hutan tinjomoyo

Titik pusat
Kuadran
Spesies
Jarak (cm)
Lingkar batang (cm)
Basal area (cm2)
I
1
Pterocarpus sp.
66
26
53,82
2
Coffea malayana
80
25
50,24
3
Coffea malayana
113
25
50,24
4
Coffea malayana
128
21
35,03
II
1
Tectona grandis
54
90
644,8
2
Moringa oleifera
37
16
20,42
3
Leucaena glauca
50
35
97,42
4
Morinda citrifolia
74
8
5,06
III
1
Moringa oleifera
44
16
17,94
2
Solanum melongena
63
15
13,45
3
Tamarindus indica
31
13
998,23
4
Arthocarpus sp.
27
32
81,67
IV
1
Bambusa sp.
61
13
13,45
2
Acacia auriculiformis
180
112
998,23
3
Cassia alata
180
20
31,75
4
Pterocarpus sp.
282
26
53,82
V
1
Gossypium sp.
73
25
50,24
2
Tectona grandis
94
90
644,8
3
Euphorbiaceae
73
5
2,01
4
Ceiba petandra
90
5
2,01
VI
1
Caesalpinia pulcherrima
105
30
71,74
2
Swietenia mahagoni
132
32
81,67
3
Pterocarpus sp.
119
26
53,82
4
Morinda citrifolia
46
3
0,72
Jumlah


29,54





Kerapatan total           = L/d2
L = luas area (57,5 ha = 5.750.000.000 cm2  = 575.000 m2 )
d2 = jarak rata-rata pohon (29,54 cm = 0,2954 m2)
Jawab :
Kerapatan total           = 575.000 m2/ (0,2954 m)2
                                    = 575.000 m2  / 0,087 m2
                                                = 6609195,40
b.      Tabel hasil pengamatan kerapatan, frekuensi, dan dominansi tiap jenis pohon
Kerapatan jenis pohon (Kn)    = Jumlah individu suatu jenis pohon / jumlah seluruh individu jenis pohon X 100 %
Frekuensi jenis pohon (Fn)       = Jumlah sampling unit suatu jenis pohon / jumlah seluruh sampling unit X 100 %
Dominansi jenis pohon (Dn)   = Jumlah basal area suatu jenis pohon / jumlah seluruh sampel area X 100 %
Misal :

Pterocarpus sp.           = tanaman 1
Coffea malayana         = tanaman 2
Tectona grandis          = tanaman 3
Moringa oleifera         = tanaman 4
Leucaena glauca         = tanaman 5
Morinda citrifolia        = tanaman 6
Solanum melongena    = tanaman 7
Tamarindus indica      = tanaman 8
Arthocarpus sp.           = tanaman 9

Bambusa sp.                = tanaman 10
Acacia auriculiformis  = tanaman 11
Cassia alata                = tanaman 12
Gossypium sp.             = tanaman 13
Euphorbiaceae            = tanaman 14
Ceiba petandra           = tanaman 15
Caesalpinia sp.            = tanaman 16
Swietenia mahagoni    = tanaman 17


                                                                                          
No
Spesies
Kerapatan (Kn)
Frekuensi (Fn)
Dominansi (Dn)
1
Pterocarpus sp.
826149,43
75 %
0,000002808 %
2
Coffea malayana
826149,43
25 %
0,000002356 %
3
Tectona grandis
550766,28
50 %
0,000022427 %
4
Moringa oleifera
550766,28
50 %
0,00000071 %
5
Leucaena glauca
275383,14
25 %
0,000001694 %
6
Morinda citrifolia
550766,28
50 %
0,0000001 %
7
Solanum melongena
275383,14
25 %
0,000000312 %
8
Tamarindus indica
275383,14
25 %
0,000000233 %
9
Arthocarpus sp.
275383,14
25 %
0,000000233 %
10
Bambusa sp.
275383,14
25 %
0,000000233 %
11
Acacia auriculiformis
275383,14
25 %
0,00001736 %
12
Cassia alata
275383,14
25 %
0,000000552 %
13
Gossypium sp.
275383,14
25 %
0,000000873 %
14
Euphorbiaceae
275383,14
25 %
0,000000034 %
15
Ceiba petandra
275383,14
25 %
0,000000034 %
16
Caesalpinia pulcherrima
275383,14
25 %
0, 000001247 %
17
Swietenia mahagoni
275383,14
25 %
0,00000142 %

Jumlah

550 %
0,000053753 %

c.       Tabel hasil pengamatan indeks keanekaragaman jenis pohon (H’)
H’ =                   
Keterangan :
ni : jumlah individu dari suatu jenis i
N : jumlah total seluruh individu
No
Spesies
Indeks keanekaragaman (Hn)
1
Pterocarpus sp.
0.26
2
Coffea malayana
0,26
3
Tectona grandis
0,21
4
Moringa oleifera
0,21
5
Leucaena glauca
0,13
6
Morinda citrifolia
0,13
7
Solanum melongena
0,13
8
Tamarindus indica
0,13
9
Arthocarpus sp.
0,13
10
Bambusa sp.
0,13
11
Acacia auriculiformis
0,13
12
Cassia alata
0,13
13
Gossypium sp.
0,13
14
Euphorbiaceae
0,13
15
Ceiba petandra
0,13
16
Caesalpinia pulcherrima
0,13
17
Swietenia mahagoni
0,13






















Jadi, H’ = ∑ H’1-17
H’        = H1+H2+H3+H4+H5+H6+H7+H8+H9+H10+H11+H12+H13+H14+H15+H16+H17= 0,26+0,26+0,21+0,21+0,13+0,13+0,13+0,13+0,13+0,13+0,13+0,13+0,13+0,13+0,13+0,13+0,13+0,13= 2,63
Jadi indeks keanekaragaman spesies di hutan tinjomoyo sedang melimpah/melimpah sedang

PEMBAHASAN

A.    Metode kuadrat
B.     Metode point centre quarter
Dari hasil perhitungan, diperoleh bahwa FR terbesar ada pada jenis pohon Pterocarpus sp. dengan nilai 13,64 %. Nilai ini menunjukan bahwa memiliki kehadiran yang tinggi di tiap plot dibandingkan dengan spesies yang lainnya, dimana ditemukan di titik kuarter. KR terbesar ada pada jenis pohon Pterocarpus sp.  dan Coffea malayana dengan nilai 12,5 %. Nilai ini menunjukan bahwa spesies tersebut memiliki kerapatan yang tinggi bila dibandingkan dengan spesies lainnya. Sedangkan nilai DR terbesar adalah pada jenis pohon Pterocarpus sp.  dengan nilai sebesar 5,22 %. Nilai ini menunjukan penutupan tajuknya besar. Sedangkan indeks nilai pentingnya adalah 41,02 %. Sedangkan indeks diversitasnya adalah 2,63, nilai ini menunjukan keragaman yang melimpah sedang/sedang melimpah. 
Spesies Tectona grandis,  dan Acacia auriculiformis pada kuarter II, IV, dan V termasuk kategori pohon dewasa dengan spesies yang lain, yaitu  Pterocarpus sp., Coffea malayana, Leucaena glauca, Arthocarpus sp., Gossypium sp., Caesalpinia pulcherrima, dan Swietenia mahagoni  pada tiap kuarter karena memiliki diameter lebih dari 20 cm, sedangkan untuk tanaman Moringa oleifera, Solanum melongena, Tamarindus indica pada kuarter III, dan Bambusa sp., dan Casia alata  termasuk kategori tiang (poles), yaitu tanaman dengan diameter antara 10 – 20 cm. selain itu juga ada tanaman yang termasuk jenis pancang karena memiliki diameter kurang dari 10 cm, yaitu tanaman jenis Morinda citrifolia, Euphorbiaceae, dan Ceiba petandra pada kuarter II dan V.
Pterocarpus sp. yang biasa kita kenal dengan sebutan angsana merupakan family Pappilionaceae yang berasal dari Malaysia, tetapi sudah dibudidayakan di Indonesia dan sudah beradaptasi dengan iklim Indonesia. Tanaman angsana banyak ditanam di pinggir-pinggir jalan sebagai tanaman peneduh. Semua jenis Pterocarpus menghasilkan kayu bernilai tinggi, agak keras, dan digunakan untuk mebel halus, lantai, lemari, dan alat musik. Selain itu juga merupakan jenis pengikat nitrogen sehingga direkomendasikan sebagai penaung tanaman kopi dan tanaman lain oleh agroforesty. Angsana merupakan pohon meranggas dan jenis tanaman pohon tinggi mencapai 10-40 m. diameter batang 2 m, biasanya bentuk pohon jelek, pendek, terpuntir, beralur dalam, dan berbanir. Kayunya mengeluarkan eksudat merah gelap yang disebut kino atau darah naga. Keberadaan pohon jenis Pterocarpus sp. yang dominan dibandingkan dengan spesies yang lain mungkin dikarenakan kemampuannya mengikat nitrogen secara langsung, sehingga untuk meningkatkan kesuburan tanah, pengelola hutan tinjomoyo yang awalnya merupakan kebun binatang meningkatkan jumlah spesies tanaman tersebut dengan maksud meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu juga, angsana mampu hidup pada kondisi lingkungan yang memiliki daya toleransi terhadap faktor lingkungan yang luas karena mampu hidup dengan baik di dataran tinggi maupun dataran yang rendah. Tanaman yang bukan berasal dari Indonesia ini memiliki daya adaptasi yang tinggi karena dengan kondisi yang tidak jauh berbeda dengan negara dimana tanaman tersebut, yaitu Malaysia sehingga memungkinkan tanaman tersebut mampu bertahan bahkan mendominasi dalam suatu ekosistem karena kemampuannya yang mampu mengikat nitrogen dengan baik dibandingkan dengan spesies yang lain. Keberadaan pohon angsana di hutan tinjomoyo sangat mudah, karena di setiap tepi jalan banyak terdapat pohon ini. Salah satu fungsi pohon ini merupakan sebagai peneduh tanaman kopi, selain itu juga banyak tanaman yang hidup berdampingan untuk memenuhi kebutuhannya dalam memperoleh nitrogen melalui pengikatan nitrogen oleh angsana. Kemampuannya tersebut mengakibatkan pohon ini mampu hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan yang tidak mungkin spesies lain dapat beradaptasi.
Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya memiliki karakteristik yang tetap. Namun spesies yang sama dapat menerima bentuk kehidupan yang berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang berbeda. Vegetasi dapat diklasifikasikan kedalam struktur tanpa menunjuk pada nama spesies. Ini telah dibuktikan terutama dalam floristik lokasi yang belum dijamah, dan dalam lokasi dimana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah dengan spesies yang dominan. Ketinggian tumbuhan digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi bentuk kehidupan. Meskipun berbagai bentuk kehidupan dapat memberikan pemikiran khusus dari stratifikasi atau pelapisan dalam komunitas.
Tinjomoyo bukan merupakan  ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam tinjomoyo tersebut beragam (heterogen, karena awalnya tinjomoyo merupakan kebun binatang. Walaupun pada awalnya penanaman pohon di tinjomoyo dilakukan secara merata menurut komunitas yang akan diciptakan, namun bila dianalisis secara vertical strata atau penyebaran kanopi tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukan bahwa telah terjadi kompetisi antar spesies tumbuhan di tinjomoyo (selain oleh kerusakan manusia) dalam memperoleh sinar matahari, air, dan nutrisi yang ada di dalam tanah.
PENUTUP
A.    Simpulan
a.      Metode Kuadrat
b.      Metode Point centre quarter
1.    Komposisi vegetasi tumbuhan dari analisis vegetasi dengan metode kuadran (point centre quarter) adalah Pterocarpus sp.,  Coffea malayana, Tectona grandis, Moringa oleifera, Leucaena glauca, Morinda citrifolia, Solanum melongena, Tamarindus indica, Arthocarpus sp., Bambusa sp., Acacia auriculiformis, Cassia alata, Gossypium sp., Euphorbiaceae, Ceiba petandra, Caesalpinia pulcherrima, Swietenia mahagoni.
2.   Sebagian besar tumbuhan yang ditemukan di hutan tinjomoyo termasuk dalam kategori pohon dewasa, yaitu Spesies Tectona grandis,  dan Acacia auriculiformis pada kuarter II, IV, dan V dengan spesies yang lain, yaitu  Pterocarpus sp., Coffea malayana, Leucaena glauca, Arthocarpus sp., Gossypium sp., Caesalpinia pulcherrima, dan Swietenia mahagoni  pada tiap kuarter karena memiliki diameter lebih dari 20 cm.
3.  Nilai kerapatan relatif (KR) adalah 100 %, nilai frekuensi relatif (FR) adalah 100 %, dan dominansi relatif (DR) adalah 100 %.
FR terbesar ada pada jenis pohon Pterocarpus sp. dengan nilai 13,64 %, KR terbesar ada pada jenis pohon Pterocarpus sp.  dan Coffea malayana dengan nilai 12,5 %, DR terbesar adalah pada jenis pohon Pterocarpus sp. dengan nilai sebesar 5,22 %. Hal ini menunjukan bahwa spesies tersebut memiliki kerapatan, Frekuensi, dan dominansi  yang tinggi bila dibandingkan dengan spesies lainnya.
4.   Kemampuan beradaptasi yang sangat tinggi memberikan keuntungan bagi tanaman Pterocarpus sp. sehingga mampu bertahan dalam kondisi tanah yang tidak baik dengan cara mengikat nitrogen sehingga meningkatkan kesuburan tanah sehingga banyak tanaman yang hidup berdampingan di sekitar tanaman angsana untuk mengambil keuntungan dari tanaman tersebut
5.      Indeks nilai penting (INP) adalah41,02 %.  
6.   Indeks diversitas (H’) adalah 2,63, nilai ini menunjukan keragaman yang melimpah sedang/sedang melimpah. 












Previous
Next Post »
Thanks for your comment